Beranda | Artikel
Membangun Jembatan Kemuliaan
Senin, 15 Desember 2014

 

Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad, para sahabatnya, dan segenap pengikut setia mereka. Amma ba’du.

Salah satu perkara yang kita yakini bersama akan mewujudkan kesuksesan dan kebahagiaan hidup ialah dengan beribadah dan tunduk kepada Allah ta’ala. Sebagaimana hal ini telah menjadi sebuah ketetapan dan hikmah Allah dalam penciptaan jin dan manusia.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat : 56)

Para ulama kita menjelaskan, bahwa menyembah Allah maknanya adalah mentauhidkan-Nya. Sementara tauhid itu sendiri adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Tidak beribadah kepada selain-Nya di samping beribadah kepada Allah. Sehingga apa pun bentuk sesembahan selain Allah harus ditinggalkan dan dijauhi. Inilah yang telah digariskan dan ditegaskan kembali semenjak Allah mengutus rasul-rasul di atas muka bumi ini.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh, Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl : 36). Beribadah kepada Allah tidak akan benar dan tidak akan diterima kecuali apabila bersih dari kotoran syirik.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengingatkan, “Ketahuilah, bahwasanya ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali jika ia bersama dengan tauhid.”

Dengan ibadah dan tauhid inilah seorang insan akan bisa meraih kemuliaan. Tauhid digambarkan oleh para ulama laksana pondasi dalam suatu bangunan. Sebagaimana bangunan tidak akan kokoh tanpa pondasi yang kuat, maka demikian pula agama seorang hamba tidak akan mantap dan kokoh kecuali apabila ditegakkan di atas tauhid yang murni.

Oleh sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada sahabatnya Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu untuk memprioritaskan dakwah tauhid sebelum yang lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada mereka yaitu untuk mentauhidkan Allah…” (HR. Bukhari dalam Kitab at-Tauhid)

Tauhid adalah perkara yang paling agung diantara semua perintah Allah. Semua amalan tidak akan ada nilai dan keutamaannya jika tidak dibarengi tauhid. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (Al-Kahfi : 110). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh jika kamu berbuat syirik niscaya akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar : 65)

Inilah yang diperintahkan Allah kepada umat-umat terdahulu dan juga kepada segenap insan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya mereka beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama untuk-Nya dengan hanif…” (Al-Bayyinah : 5). Allah jalla wa ‘ala berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian, Yang menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (Al-Baqarah : 21)

Kemuliaan dan kebahagiaan di sisi Allah tidak bisa digapai dengan syirik dan kekafiran. Hanya dengan tauhid dan keimanan yang bersih Allah berkenan mencurahkan petunjuk dan keamanan serta kebahagiaan dan keselamatan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk.” (Al-An’am : 82)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu penolong.” (Al-Ma’idah : 72)

Syirik kepada Allah adalah sebesar-besar dosa dan pelanggaran terberat di atas muka bumi ini. Pelaku tindak kesyirikan telah melecehkan kedudukan dan keagungan hak Allah ta’ala. Padahal, Allah adalah penguasa, pencipta dan pemelihara seluruh alam semesta. Dia lah yang mencurahkan segala bentuk nikmat dan kebaikan, yang di tangan-Nya pula segala manfaat dan madharat.

Mempersembahkan ibadah kepada selain Allah jelas suatu bentuk kezaliman; bahkan inilah kezaliman paling buruk dan paling jahat. Bagaimana mungkin Allah yang menciptakan dan memberikan nikmat, justru dipersekutukan dalam ibadah. Allah yang menciptakan segala sesuatu maka seharusnya hanya Allah pula yang berhak menerima ibadah, tidak selain-Nya. Oleh sebab itu Allah berfirman (yang artinya), “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (An-Nisaa’ : 36)

Syirik inilah yang menjerumuskan kaum arab jahiliyah ke dalam kubangan kerendahan dan kehinaan. Sementara islam dan tauhid, inilah jembatan yang mengantarkan mereka ke istana kemuliaan dan kursi kemenangan. Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu berkata, “Kami adalah suatu kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan islam, maka kapan saja kami mencari kemuliaan itu dari selainnya kami pasti dihinakan.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak)

Islam tentu bukanlah sekedar penampilan atau ucapan lisan. Akan tetapi islam dan tauhid, iman dan ketakwaan merupakan nilai-nilai yang terpatri di dalam hati dan diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan sehari-hari. Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Bukanlah iman itu hanya dengan berangan-angan atau menghias-hias penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal-amal.”

Demikianlah tauhid yang tertancap di dalam hati seorang mukmin. Ia laksana sebatang pohon yang kuat, akarnya menghunjam di dalam tanah dan cabangnya menjulang tinggi ke langit. Buah-buahnya pun muncul di segala musim dengan izin Rabbnya.

Dan karena saking pentingnya tauhid ini seorang kekasih Allah, Ibrahim ‘alaihis salam sampai berdoa kepada Allah dan memohon kepada-Nya untuk keselamatan diri dan anak-anaknya dari segala bentuk pemujaan berhala. Hal ini menunjukkan, bahwa tauhid adalah satu-satunya jembatan menuju kebahagiaan dan kemuliaan.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/membangun-jembatan-kemuliaan/